Berkisahlah, Kesannya akan Kuat Ditangkap Anak-anak


Berkisahlah, Kesannya akan Kuat Ditangkap Anak-anak

Faktanya:

  • Akhlak adalah hal yang abstrak atau tidak konkrit.
  • Anak usia 2-7 tahun belum mengerti logika konkrit (Teori perkembangan kognitif Piaget).

Lalu, apakah mungkin akhlak mulia dikenalkan pada anak sejak balita?

Ya, sangat mungkin. Kita bisa memasukkan nilai-nilai akhlak mulia dengan cara berkisah. Banyak sekali kisah-kisah yang diterangkan dalam Al-Qur’an. Kisah-kisah tersebut bukan sekedar untuk diketahui saja, melainkan untuk meneguhkan iman serta memberikan pelajaran bagi orang-orang beriman.

Bagi anak-anak, kisah menjadi hal yang sangat menarik. Kisah akan memberikan kesan yang jelas. Tentu saja, hal ini akan memudahkan dalam proses instal nilai-nilai mulia pada diri mereka. Maka dari itu, kita sebagai orangtua yang cerdas, bisa berkisah untuk mengenalkan akhakul karimah kepada anak-anak sejak usia mereka masih belia.

Buku adalah sarana yang baik dalam pembelajaran. Anak-anak bisa mengeksplorasi pengetahuan dari buku. Dengan buku, mereka bisa seolah menembus ruang dan waktu. Sedangkan kita tahu bahwa wahyu pertama yang diturunkan kepada Rasulullah saw. Adalah “Iqra’” (bacalah). Kita bisa membacakan mereka kisah dari buku-buku shirah nabi, misalnya.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilihkan buku untuk ananda antara lain adalah imajinatif, sesuai dengan rentang perhatian anak, dan proporsi penyajian gambar dan teks dalam buku tersebut. Imajinasi adalah ciri khas anak-anak. Jadi, pilihlah buku yang dapat membangkitkan imajinasi mereka. Bagi anak-anak, gambar akan lebih menarik daripada tulisan. Oleh karenanya, kita bisa memperhatikan komposisi gambar dan teks dalam buku yang hendak kita pilih.

Anak-anak pada umumnya belum bisa duduk tenang dalam waktu yang cukup lama untuk mendengarkan kita membacakan buku. Mereka akan suka lari-larian, sambil mainan, sambil menggambar, dll. Sebagai orangtua yang bijak, jangan terbawa perasaan. Teruslah membacakan kisahnya. Meski mereka sambil melakukan hal yang lain, insya Allah mereka tetap mendengarkan. Cara belajar mereka unik sekali. Jangan heran jika suatu ketika, mereka akan bisa menceritakan apa yang kita bacakan sehari-hari. Tentu momen itu akan menjadi momen membahagiakan bagi kita.

Usahakan untuk memainkan intonasi suara saat kita membaca buku. Apalagi membacakan kisah, tentu ada nada supaya seolah-olah kisah itu nyata saat itu. Misalnya, ketika membacakan kisah betapa sedih Rasulullah saw. Ketika Khadijah, istrinya meninggal. Maka kita pun bisa membaca kisahnya dengan suara yang sedih, lebih baik lagi jika bisa mengekspresikan wajah sedih. Dari proses inilah, kesan akan membekas di hatinya.

Alat peraga juga sangat membantu dalam membacakan kisah. Misal dengan boneka tangan. Sambil memainkan boneka, kita juga sambil memainkan suara. Selain mendengarkan kisah, ananda juga akan belajar tentang seni peran. Jadi banyak hal yang bisa mereka pelajari. Nilai-nilai akhlak mulia tertanam, pengetahuan pun banyak didapat. Yang terpenting dari proses ini adalah semakin kuatnya ikatan antara orangtua dan anak. Berkisah 15 menit sehari, cukup untuk meningkatkan ikatan jiwa anak dengan ayah atau bundanya.

Semoga artikel berkisah ini bermanfaat, jika ingin melihat me time ala bunda bisa dilihar pada artikel berikutnya.

INFORMASI:

Iklan yang tampil pada halaman situs ini sepenuhnya diatur oleh pihak google, kami hanya menyediakan slot kosong. Jadi apabila ada iklan yang kurang berkenan atau menyinggung perasaan anda harap informasikan kepada kami melalui formulir kontak web ini untuk selanjutnya akan kami sampaikan ke pihak Google.

penulis

About Lestari Ummu Al Fatih

<p> Penulis dan SLC di Sygma Daya Insani</p>

Learn More

Artikel Terkait