AL-QURAN TERJAGA DARI MASA KE MASA
Sesuatu yang terjaga pastilah bisa dipastikan kualitasnya. Lengkap dan sesuai aslinya (orisinil) menjadi indikator penting dalam menilai terjaganya sesuatu. Bagaimana dengan Al-Qur'an? Bisakah kita memastikan bahwa Al-Qur'an yang ada pada kita saat ini tetap lengkap dan sama seperti yang Allah turunkan kepada Rasulullah saw?
Secara garis besar, ada 5 tahap Al-Qur'an sampai kepada kita. Dan kita ingin memastikan, apakah keaslian (originalitas) Al-Qur'an tetap terjaga pada setiap tahap, dan hingga saat ini.
1. Dari Allah kepada Malaikat Jibril
Al-Qur'an ini membuat segala sesuatu yang berhubungan dengannya menjadi istimewa. Bulan Ramadhan menjadi istimewa, karena di bulan itu Al-Qur'an diturunkan. Sehingga jikalau kita bertemu dengan bulan Ramadhan, Allah perintahkan kita untuk berpuasa. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al Baqarah ayat 185).
"Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah ..." (QS Al Baqarah:185)
Allah menitipkan Al-Qur'an kepada malaikat yang istimewa, yaitu malaikat Jibril.
"Dan sungguh, (Al-Qur'an) ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan seluruh alam,
Yang dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril)" (QS. Ash Shu'araa:193-193). Pembawa wahyu Al-Qur'an adalah malaikat pilihan Allah, Ruh Al-Amin, yang dapat dipercaya. Sehingga pada tahap ini, Al-Qur'an terjamin kelengkapan dan originalitasnya.
2. Dari malaikat Jibril kepada Rasulullah saw.
"Jangan engkau (Muhammad) gerakkan lidahmu (untuk membaca Al-Qur'an) karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (di dadamu) dan membacakannya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu." (QS. Al Qiyaama:16-18)
Saking cintanya Rasulullah saw. pada Al-Qur'an, beliau ingin cepat-cepat menghafalnya. Ketika malaikat Jibril sedang membacakan Al-Qur'an, beliau menggerak-gerakkan lidahnya. Allah menegurnya. Allah memerintahkan untuk menirukannya, ketika malaikat Jibril sudah selesai membacakannya. Bukan ketika sedang membacakannya.
Kita pun bisa belajar dari ayat ini agar tidak terburu-buru menirukan atau menggerak-gerakkan lidah ketika guru (ustadz atau ustadzah) sedang menjelaskan atau membacakan Al-Qur'an.
Rasulullah saw. mendapat teguran langsung dari Allah, ketika beliau bersalah dalam menerima wahyu Al-Qur'an dari malaikat Jibril. Sehingga bisa dipastikan, bahwa pada tahap ini, Al-Qur'an terjaga kelengkapannya dan tetap orisinil.
3. Dari Rasulullah saw. kepada para Sahabat
Adalah Ubay bin Ka'ab yang memperoleh keistimewaan terkait dengan Al-Qur'an. Suatu ketika, malaikat Jibril datang membawa surat Al-Bayyinah ayat 1 dari Allah SWT. Kemudian Jibril berkata, “Wahai, Rasulullah. Sesungguhnya Allah menyuruhmu untuk membacakan surah ini kepada Ubay.” Lalu Nabi saw. pergi kepada Ubay bi Ka'ab dan menyampaikan, “Sesungguhnya Allah menyuruhku untuk membacakan surat Al-Bayyinah kepadamu.”
Ubay berkata, “Dan Dia menyebutku di hadapan para malaikat-Nya?”
Nabi menjawab, “Iya, Dia menyebut namamu.”
Seketika itu Ubay pun menangis, lalu Rasulullah SAW duduk sambil membacakan surah Al-Bayyinah hingga selesai.” (HR Muttafaqun ‘alaih)
Kebaikan atas bacaan Al-Qur'an yang dimiliki Ubay Bin Ka'ab yang ia peroleh dari Rasulullah saw. meliputi tajwid, makhorijul huruf, sifat-sifat huruf hijaiyah, dan hukum-hukum lainnya sebagaimana Rasulullah saw. belajar dari malaikat Jibril.
Selain Ubay bin Ka'ab, juga ada Abdulan Bin Mas'ud yang memiliki kualitas bacaan Al-Qur'an yang sangat baik. Pada tahap pengajaran Al-Qur'an dari Rasulullah saw. kepada Sahabat, kita bisa pastikan bahwa Al-Qur'an tetap terjaga keaslian dan kelengkapannya.
4. Dari para Sahabat kepada para Tabi'in
Imam 'Ashim adalah salah satu yang sangat baik kualitas bacaan Al-Qur'annya. Beliau adalah seorang tabi'an yang juga menjadi salah satu imam qiroah sab'ah. Sanad qiroah beliau sampai kepada Ali bin Abi Thalib dan ‘Abdullah Mas’ud RA.
Setelah Imam 'Ashim wafat, pengajaran Al-Qur'an digantikan oleh Imam Hafs. Murid terbaik Imam 'Ashim. Pada tahap ini, Al-Qur'an tetap terjaga keaslian dan kelengkapannya.
5. Pengajaran Al-Qur'an di Indonesia
Pengajaran Al-Qur'an di Indonesia dimulai bersamaan dengan masuknya agama Islam ke Indonesia. Pengajaran disesuaikan dengan kondisi ketika itu, yang lebih mengutamakan hal-hal wajib, misalnya berwudhu, sholat, membaca Al Fatihah, dll. Sementara bacaan Al-Qur'an dengan berbagai standard baru mulai berkembang setelah ada beberapa ulama Indonesia yang mampu untuk menuntut ilmu ke Mekah secara langsung. Berbagai standard telah lahir dan dikembangkan dari beberapa guru yang berkompeten.
Saat ini, trend pembelajaran Al-Qur'an adalah agar metode pengajaran dapat ditelusur pada kitab tajwid yang disusun oleh ulama. Sehingga diharapkan, tidak lagi atas dasar apa yang diperoleh dari guru. Melainkan semua terstandar dan dapat ditelusur pada kitab tajwid. Sehingga lebih bersifat universal.
Kita belajar membaca Al-Qur'an dengan benar, membaca dengan kaidah yang benar, adalah upaya dalam menjaga Al-Qur'an. Kita memohon pertolongan Allah agar dipandaikan, dimampukan untuk dapat membaca Al-Qur'an secara tartil, dan menjaganya.
Lestari Ummu Al-Fatih
Referensi: Materi Stadium General RTA Utsmani Mertosanan, oleh Ustadz Rois (2018)