Apa saja persiapan yang diperlukan untuk menempuh jenjang S3?
Belajar pada jenjang S3 sangat berbeda dengan belajar pada jenjang jenjang sebelumnya. Karena seorang doktor memiliki nilai yang tinggi dalam memajukan ilmu pengetahuan, sementara keberhasilan studi S3 seseorang dipengaruhi dengan banyak hal. Oleh karena itu, seseorang yang akan studi S3 menuntut persiapan yang matang dalam berbagai aspek baik dari segi material, segi mental dan segi ilmu. Pada buku yang ditulis oleh Lukito EN tahun 2020 tentang sukses menjalani studi S3 ada beberapa factor yang mempengaruhi masa studi S3 yaitu
Baca juga:
Apa harapan dan menariknya punya gelar doktor?
Persiapan Mental
Masa sekolah S3 adalah masa yang penuh ketidakpastian, karena riset S3 pada hakekatnya adalah aktivitas eksplorasi terhadap hal-hal yang belum diketahui. Banyak kemungkinan bisa terjadi, dan kadang-kadang efeknya bisa menggoyahkan mental. Yang juga perlu diperhatikan adalah terkadang peristiwa-peristiwa yang harus dihadapi tidak hanya berkaitan dengan riset, tetapi juga menyangkut faktor-faktor lain seperti dana, pembimbing, bahkan keluarga.
Sebelum memasuki program doktor, calon mahasiswa harus memiliki kesadaran tentang apa yang akan dijalani dan ditemuinya. Memahami apa yang akan ditemui setidaknya dapat meminimalkan kejutan-kejutan mental saat benar-benar mengalaminya. Kadang-kadang ego pribadi perlu disetel ulang.
Pemahaman terhadap studi S3 dapat ditingkatkan kualitasnya jika kita kritis terhadap informasi-informasi yang diperoleh. Kekritisan ini akan memicu pertanyaan-pertanyaan berikutnya, dan pada akhirnya jawaban-jawaban yang diperoleh dapat memberikan gambaran yang lebih baik tentang informasi tersebut. Sebagai contoh, jika kita bertanya,”Apa bedanya riset S3 dengan riset S2?”. Jawaban yang muncul sering kali adalah,”Riset S3 harus menghasilkan orisinalitas tertentu”. Jika pertanyaannya dilanjutkan untuk mengeksplorasi terminologi “orisinalitas”, maka kita akan mendapatkan gambaran yang lebih jelas lagi. Jadi, jangan puas dengan jawaban pertama saja. Lanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan eksploratif berikutnya. Untuk tingkah laku yang perlu ditumbuhkan agar menjadi pribadi yang akatif, inisiatif, berorientasi sasaran, dan kreativitas Antara lain:
Baca juga:
Kuliah S3 itu berapa Tahun ya?
1. Memelihara keingintahuan akademis, langkah ini merupakan pendorong terbesar seorang mahasiswa S3 dalam menjalankan risetnya.
2. Jujur dan obyektif. Pada langkah ini, Kejujuran berkaitan dengan kesediaan untuk menyampaikan segala sesuatu apa adanya, terutama yang terkait dengan proses dan hasil riset, serta pengakuan terhadap karya orang lain. Sedangkan Obyektivitas menyangkut kesediaan untuk mengesampingkan kepentingan-kepentingan lain kecuali kepentingan ilmiah itu sendiri.
3. Memiliki determinasi dan daya tahan (endurance) tinggi. Determinasi menunjukkan seberapa tinggi tingkat kesungguhan kita dalam mencapai suatu tujuan. Sedangkan daya tahan memungkinkan seseorang bisa tetap memelihara semangat dan motivasi dalam menghadapi tantangan.
4. Sabar, Sabar berkaitan dengan pengendalian emosi, sehingga dapat mengendalikan emosi dalam keadaan tertekan supaya masih tetap focus dan konsentrasi serta obyektifitas.
5. Komunikatif. Pada langkah ini mahasiswa harus mampu menyampaikan ide, gagasan, serta hasil-hasil penelitiannya secara proporsional dan mampu menerima gagasan dan penelitian orang lain.
6. Berorientasi sasaran. Pada sikap ini mahasiswa harus focus dan mengesampingkan hal-hal lain yang tidak menuju ke sasarannya.
Persiapan dana dan Beasiswa
Studi S3 pada umumnya memerlukan dana yang tidak sedikit. Untuk bidang-bidang tertentu bahkan kebutuhan dananya besar sekali, terkait dengan alat dan bahan yang diperlukan untuk risetnya. Seehingga untuk keberlangsungan studinya sangat tergantung dengan keuangan pribadi dan dukungan dana (beasiswa). Selain dengan keuangan dan beasiswa, mungkin langkah yang banyak ditempuh oleh para pejuang S3 baik dalam negeri maupun luar negeri yaitu bekerja paruh waktu baik akademis maupun non akademis.
Baca juga:
Langkah awal Identifikasi Jurnal Predator untuk Peneliti
Persiapan Keluarga dan Pekerjaan
Keluarga adalah faktor pendukung penting dalam suksesnya studi S3, terutama dalam menjaga agar semangat dan motivasi tetap tinggi. Hal tersebut kita persiapkan untuk modal penting dalam memulai perjalanan yang penuh dengan ketidakpastian, tantangan, dan kendala. Selain itu juga dengan kemungkinan kejutan budaya (culture shock), kesulitan berkomunikasi, dan perasaan-perasaan lain yang dapat mengganggu (jenuh, bosan, kesepian, dan lain-lainnya) yang mengharuskan kita untuk menyakinkan kepada keluarga tentang hal tersebut.
Menurut buku ini, Kunci sukses bagi keluarga (khususnya pasangan) dalam menghadapi kondisi ditinggal sekolah adalah kesediaan untuk menerima dan beradaptasi terhadap perubahan kondisi yang terjadi.
Persiapan untuk Pemilihan sekolah
Menurut Pak Lukito pada bukunya yang berjudul sukses menjalani studi S3, Memilih perguruan tinggi untuk studi doktoral beda dengan memilih untuk studi S1 atau S2. Studi S3 lebih bersifat individual dan mandiri, sehingga faktor-faktor penentu pilihannyapun berbeda. Berikut ini beberapa faktor yang bisa dipertimbangkan.
Baca juga:
Bingung cara mencari ID dan H Indeks Scopus? 6 langkah mudah untuk mencari ID dan H indeks Scopus
1. Reputasi bidang, disini tidak lagi melihat pemeringkatan dalam THES, Webometrics, atau skema-skema pemeringkatan lainnya, karena peringkat-peringkat tersebut berlaku umum untuk lingkup seluruh perguruan tinggi melainkan melihat reputasi bidang yang akan digeluti, terutama pada aspek risetnya. Reputasi bidang bisa meliputi publikasi dan paten dosen perguruan tujuan, serta keterlibatan dosen dalam forum ilmiah internasisonal dan penghargaannya.
2. Pembimbing. Faktor penting yang perlu diperhatikan dalam memilih pembimbing Antara lain: bidang risetnya dan kemampuannya dalam membimbing.
3. Fasilitas dan sumber daya lainnya. Untuk bidang tertentu, dukungan dan peralatan lab atau bahan-bahan khusus diperlukan agar riset dapat berjalan. Tetapi dalam kenyataan yang sering terjadi yaitu Topik riset harus disesuaikan dengan ketersediaan fasilitas dan peralatan.
4. Lingkungan akademik. Factor ini terdapat komunitas yang membentuk lingkungan akademik di perguruan tujuan. Disini memungkinkan saling berdiskusi tentang riset yang akan dikembangkan.
5. Lingkungan non-akademik.yang mencakup tempat perguruan tinggi, budaya dan bahasa lokal, jenis makanan, sampai ke keberadaan orang-orang yang berasal dari daerah yang sama juga perlu diperhatikan
Demikian artikel tentang persiapan yang diperlukan untuk menempuh S3, semoga bermanfaat.