Bagaimana Aku Bisa Menulis Kalau Hatiku Gelisah?
Orang bilang menulis itu bisa lancar kalau lagi bahagia. Saat bad mood melanda, jangankan menulis, ngapain aja seolah malas. Cara pandang terhadap apa yang terjadi juga berubah, barangkali lebih mudah terbawa perasaan.
Ketika bad mood datang tanpa permisi, secara teori kita tahu bahwa kita harus mampu mengusirnya jauh-jauh dari dada. Tapi prakteknya? Tak semudah bicara pastinya.
Perasaan gelisah yang tetiba hadir, pasti sedikit banyak menunjukkan indikasi-indikasi yang bisa kita deteksi. Diantaranya adalah mudahnya terbawa perasaan, atau mudah merasa sedih. Padahal dalam kondisi normal, kita bisa memandang segala sesuatu secara logis dan rasional, serta tenang dalam meresponnya.
"Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (QS. ar-Ra’du: 28)
Maha Suci Allah, yang telah memberikan petunjuk kepada manusia untuk pandai bersikap dalam menghadapi segala kondisi. Ketika gelisah melanda, ketika galau, ketika tiba-tiba ingin menangis, atau ketika segala sesuatu seolah pantas untuk disalahkan, mungkin itu adalah indikator bahwa kita sedang jauh dari mengingat Allah.
Bahkan dalam Al-Qur'an Surat Ar-Ra'du ayat 28, Allah menyebutkan dua kali, bahwa hati orang-orang yang beriman akan tenteram dengan mengingat Allah.
Saat bad mood seolah enggan menjauh dari diri, barangkali kita perlu diam sejenak untuk selanjutnya meresponnya. Diam dari aktivitas jasmani, tapi intensif dengan aktivitas ruhani. Mengingat Allah, berdzikir kepada Allah. Yakinlah bahwa tidak ada yang sia-sia dari apa yang Allah berikan untuk kita.
Kita berbaik sangka kepada Allah, mungkin Allah ingin kita untuk semakin pandai mengelola perasaan. Kita yang mengendalikan perasaan, bukan sebaliknya, perasaan yang mengendalikan kita. Untuk itu perlu terus berlatih manajemen perasaan. Dan hanya diri kita sendiri yang dapat mengelola perasaan kita.
Selain dengan berdzikir, kita juga bisa membaca Al-Qur'an untuk memperoleh ketenangan jiwa. Bagaimana tidak tenang, kalau kita membaca surat tanda cinta dari Allah?
"Ia adalah ketenangan yang turun karena al Qur`an.” (HR Bukhari & Muslim)
Kita mohon kepada Allah agar diberikan ketenangan hati dan kejernihan fikiran. Karena pada dasarnya, hanya Allah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Ketika hati telah tenang, dan pikiran telah jernih, maka aktivitas pun dapat dilanjutkan kembali. Tentu dengan ketenangan, keputusan yang kita ambil insyaAllah lebih baik daripada keputusan yang diambil dalam kondisi galau, marah, atau gelisah.
Tak terkecuali dengan aktivitas menulis. Tulisan kita akan sampai kepada pembaca ketika ruh tulisan itu kuat. Pena akan lebih mudah digerakkan ketika ide mengalir tanpa hambatan. Semoga Allah mampukan kita berbagi kebenaran dan kebaikan melalui tulisan. Dan mengizinkan tulisan kita menjangkau masyarakat pembaca yang luas. Dan semoga tulisan kita menjadi tabungan kebaikan untuk kita. Aamiin ....
___
Lestari Ummu Al Fatih
Yogyakarta, 11 Desember 2018