Antara Bakat Gagal dan Sukses
Siapa yang tak ingin sukses? Tentu setiap orang ingin meraih kesuksesan. Apapun siap dilakukan demi meraih kesuksesan. Sekiranya seseorang tidak menginginkan sukses, maka ia tidak akan memiliki semangat juang yang membara. Sebaliknya, siapa yang ingin gagal? Sepertinya tidak ada orang yang dengan sengaja menginginkan kegagalan dalam hidupnya. Kegagalan bagi sebagian besar orang terasa sangat menyakitkan. Terkadang butuh energy dan usaha yang cukup besar untuk bangkit kembali dari kegagalan.
Kesuksesan dan kegagalan juga menjadi hal yang akrab dengan aktivitas seorang penulis. Menjadi penulis memang butuh proses yang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ada saja kendala yang harus dihadapi, terutama oleh penulis pemula. Tak hanya kendala ekstrinsik, tapi juga kendala intrinsik.
Baca juga:
4 Kelebihan Mendeley sebagai Software Manajemen Referensi gratisan
Terkadang seseorang yang ingin berkarya melalui tulisan terkendala oleh minimnya ilmu. Maka dia perlu untuk belajar dan banyak membaca. Keduanya butuh biaya yang harus dibayar. Barangkali uang menjadi kendala dia untuk menulis. Demikian pula waktu, ia menjadi kendala seseorang untuk belajar dan berkarya ketika kesibukannya dalam aktivitas lain menyedot waktu kesehariannya. Jadi seolah tidak ada waktu lagi untuk kepentingan menulis,
Namun, terkadang ada juga orang yang ingin menjadi penulis, namun ia malas memulai menulis. Ini masalah dari dalam dirinya sendiri. Tidak jarang, ide kreatif berseliweran di kepalanya, namun tidak juga tertangkap. Kalau demikian, bagaimana mau menghasilkan sebuah tulisan? Padahal ide adalah investasi berharga bagi penulis. Ia harus berjuang melawan kemalasan yang hinggap dalam dirinya sendiri.
Baca juga:
Tuangkan Idemu, dan Mulailah Menulis
Setiap orang memerlukan motivasi. Demikian juga untuk menulis. Motivasi bisa datang dari diri sendiri maupun orang lain. Namun, motivasi dari diri sendiri lah yang biasanya lebih kuat bisa menggerakkan langkah seseorang. Tidak jarang motivasi tinggi yang dimiki seseorang mampu mengalahkan bakat.
Seseorang yang sangat termotivasi untuk menulis, akan lebih mudah untuk produktif menuangkan idenya dalam tulisan. Sebaliknya, rendahnya motivasi membuat seseorang berjalan begitu saja, tanpa target yang jelas. Orang yang berbakat menulis, tapi tidak pernah mengasah bakatnya dengan menulis, tentu ketrampilannya juga tidak akan berkembang.
Kita ingat bahwa menulis adalah sebuah ketrampilan. Ia tak sekedar teori, namun perlu diasah untuk mempertajam ketrampilan. Proses mengasahnya adalah dengan menulis. Kemudian ia mau belajar sehingga tulisannya kian lama kian baik. Keuletannya dalam belajar dan berproses menempa dirinya untuk menjadi penulis yang berbakat.
Baca juga:
Mengapa Perlu Motivasi? Ternyata Motivasi itu Penting Bagi Penulis.
Mari kita camkan kata-kata bijak dari penulis buku best seller, Mohammad Fauzil Adhim ini, "Penulis yang berbakat gagal menemukan banyak alasan untuk tidak memulai tulisannnya. Sementara orang-orang yang berbakat sukses, selalu menemukan energi setiap kali gagal."
Kegagalan sering terjadi ketika kita berproses. Namun, setiap orang bisa berbeda dalam menyikapi kegagalannya. Jika menganggap kegagalan itu adalah akhir dari usaha, maka sudah selesai. Tidak ada evaluasi dan perbaikan diri. Sebaliknya, bagi orang yang menyikapi kegagalan dengan baik, ia akan menuai kesuksesan.
Pada umumnya, seseorang akan menemukan banyak alasan untuk tidak memulai sesuatu, jika motivasi dirinya kurang kuat. Penulis yang berbakat gagal akan menemukan alasan demi alasan demi bisa dimaklumi bahwa dia tidak bisa menulis. Di antara alasan itu adalah tidak ada waktu karena sibuk, tidak bawa laptop, tidak ada ide, dll. Jika memulai saja sudah banyak alasan, lalu bagaimana ia bisa menentukan target kapan tulisannya selesai?
Baca juga:
Membangun Bank Ide Untuk Langkah Awal Menulis Buku
Menulis tanpa target kapan selesai, seringkali mengacaukan perjalanan. Semangat jadi kalah dengan mood. Ia cenderung santai tanpa tahu sampai kapan. Kegagalan menulis di satu bagian bisa menghentikan seluruhnya. Entah kapan naskah akan selesai seutuhnya.
Sementara penulis yang berbakat sukses akan menemukan energi setiap kali mengalami kegagalan. Gagal masuk penerbit mayor A, masukkan ke penerbit B, atau terbitkan melalui self publishing. Gagal memenangkan lomba atau sayembara menulis, lakukan evaluasi, revisi, hingga naskah layak dibaca publik. Dengan demikian, karya demi karya pun akan dihasilkan. Makin lama makin apik tulisannya.
Nah, mau pilih mana? Mengasah bakat gagal atau bakat sukses?